Insiden pelecehan seksual di dalam kendaraan transportasi online kembali menyulut kemarahan publik. Korban, kebanyakan perempuan, merasa trauma dan sering kali mengalami kendala dalam proses pelaporan. Fitur “Sandy” (Saya Antar Dian) yang diluncurkan beberapa platform sebagai solusi, menuai pro dan kontra.
Di satu sisi, fitur ini memberi pilihan dan rasa aman tambahan. Di sisi lain, ini dianggap sebagai solusi yang menyederhanakan masalah dan membebankan tanggung jawab keamanan pada pilihan konsumen, bukan pada sistem yang lebih ketat. Ketersediaan driver wanita yang terbatas juga menjadi kendala praktis.
Aktivis menekankan bahwa keamanan harus menjadi budaya inti (core culture) perusahaan, bukan sekadar fitur tambahan. Hal ini mencakup: rekruitmen dan background check driver yang lebih ketat, mekanisme pelaporan yang mudah, responsif, dan transparan, sanksi tegas bagi pelaku, serta edukasi berkelanjutan untuk semua mitra driver.
Viralnya kasus ini harus menjadi momentum bagi regulator dan perusahaan untuk duduk bersama, mengevaluasi kebijakan, dan menciptakan sistem yang tidak hanya nyaman, tetapi terjamin keamanannya bagi semua pihak.
Grafik harga emas yang terus menanjak menjadi perbincangan hangat di kalangan investor dan masyarakat umum.…
Ketika berita KDRT melibatkan selebritas terkuak, dua hal yang sering kali terjadi: sorotan tajam pada…
Proyek megah pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur, IKN Nusantara, terus menunjukkan progres fisik yang…
Gaya hidup sustainable kini tidak lagi sekadar wacana, tetapi telah menjadi aksi nyata, terutama di…
Dunia Maya – Tren terbaru yang sedang melanda anak muda Indonesia adalah memiliki "teman" virtual…
Jakarta – Kabar mengejutkan datang dari pasangan selebriti yang kerap dipandang sebagai pasangan sempurna, Lesti…