Grafik harga emas yang terus menanjak menjadi perbincangan hangat di kalangan investor dan masyarakat umum. Kenaikan ini dipicu oleh faktor global dan domestik. Secara global, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur mendorong investor mencari aset safe-haven seperti emas. Inflasi tinggi di berbagai negara juga menggerus nilai uang, sehingga orang berburu aset yang dianggap menyimpan nilai.
Di dalam negeri, ketidakpastian ekonomi global dan nilai Rupiah yang fluktuatif membuat masyarakat melihat emas sebagai pelindung (hedging) yang lebih stabil dibandingkan mata uang. Pertanyaan yang kini mengemuka: apakah ini puncaknya? atau masih akan naik lagi?
Ahli keuangan menyarankan untuk tidak terjebak FOMO (Fear Of Missing Out). Investasi emas sebaiknya dilakukan secara konsisten (dollar-cost averaging), bukan dalam jumlah besar di saat harga puncak. Bagi yang sudah memegang emas, kenaikan ini bisa jadi momentum untuk merealisasikan sebagian keuntungan.
Perbandingan dengan saham dan crypto menunjukkan bahwa emas memang kurang likuid dan potensi capital gain-nya lebih rendah, tetapi volatilitasnya juga jauh lebih kecil. Intinya, emas tetap menjadi pilar penting dalam diversifikasi portofolio.
Insiden pelecehan seksual di dalam kendaraan transportasi online kembali menyulut kemarahan publik. Korban, kebanyakan perempuan,…
Ketika berita KDRT melibatkan selebritas terkuak, dua hal yang sering kali terjadi: sorotan tajam pada…
Proyek megah pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur, IKN Nusantara, terus menunjukkan progres fisik yang…
Gaya hidup sustainable kini tidak lagi sekadar wacana, tetapi telah menjadi aksi nyata, terutama di…
Dunia Maya – Tren terbaru yang sedang melanda anak muda Indonesia adalah memiliki "teman" virtual…
Jakarta – Kabar mengejutkan datang dari pasangan selebriti yang kerap dipandang sebagai pasangan sempurna, Lesti…