Beberapa tahun terakhir, frekuensi dan intensitas banjir rob (banjir akibat air laut pasang) di pesisir utara Jawa meningkat drastis. Kota seperti Semarang dan Pekalongan kerap lumpuh, dengan jalan-jalan utama terendam air asin yang merusak infrastruktur dan mengganggu aktivitas ekonomi.
Penyebabnya multifaktor: kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim, penurunan muka tanah (land subsidence) yang masif akibat eksploitasi air tanah berlebihan, dan kerusakan ekosistem mangrove sebagai pelindung alami pantai. Ini adalah krisis yang terjadi perlahan namun pasti (slow onset disaster).
Dampaknya luar biasa: rumah warga tenggelam, lahan pertanian dan tambak rusak, infrastruktur jalan dan listrik terganggu, serta ancaman krisis air bersih karena intrusi air asin. Nilai properti di daerah terdampak pun anjlok.
Langkah adaptasi dan mitigasi harus segera diperkuat, tidak bisa hanya mengandalkan normalisasi saluran air. Diperlukan: penegakan regulasi pembatasan pengambilan air tanah, rehabilitasi mangrove secara besar-besaran, pembangunan tanggul laut (sea wall) yang terintegrasi, dan yang paling sulit: mempersiapkan relokasi masyarakat dari zona rawan yang sudah tidak mungkin dipertahankan.
Menyambut bulan Ramadhan, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengeluarkan Surat Edaran yang melarang penyelenggaraan buka…
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah menjatuhkan vonis 1 tahun 6 bulan penjara terhadap Richard Eliezer…
Meski masa jabatannya akan segera berakhir, sosok Presiden Joko Widodo justru semakin sering muncul di…
Indonesia kembali dikejutkan oleh kebocoran data raksasa. Data sensitif ratusan juta peserta BPJS Kesehatan, termasuk…
Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan beberapa pasal dalam UU Cipta Kerja, termasuk terkait batasan…
Dunia konten Indonesia dikejutkan oleh kasus eksploitasi seorang nenek berusia lanjut (yang akrab disapa Mbah…